<!-- SEO Blogger Start --> <meta content='text/html; charset=UTF-8' http-equiv='Content-Type'/> <meta content='blogger' name='generator'/> <link href='https://www.makkellar.com/favicon.ico' rel='icon' type='image/x-icon'/> <link href='https://www.makkellar.com/2025/03/debaters-belajar-stoik-supaya-tidak.html' rel='canonical'/> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.makkellar.com/feeds/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/rss+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - RSS" href="https://www.makkellar.com/feeds/posts/default?alt=rss" /> <link rel="service.post" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.blogger.com/feeds/2646944499045113697/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.makkellar.com/feeds/386714530369715170/comments/default" /> <!--Can't find substitution for tag [blog.ieCssRetrofitLinks]--> <link href='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp2_nE8mh-yf_xHUDl_wFq9yDRSugtyzQZGD99xug_26Lh-9OXhssBzsoTZl46bV5_XArxUh00zayvkrJDZ-xYhOzD9pSXavOFHowMMB778OFmODALVIvQDF_js2BZBgcTdMmzjX25Lp9Jl0BCMKRkqiqZgQF22vvwShoiDhEeICS1Hy-IKIAzpRYO5UU/s320/Yang%20Suka%20Debat%20di%20Publik%20Belajarlah%20pada%20Stoik.jpg' rel='image_src'/> <meta content='Kemampuan Debat Tidak Cukup, Mengendalikan Diri Lebih Penting' name='description'/> <meta content='https://www.makkellar.com/2025/03/debaters-belajar-stoik-supaya-tidak.html' property='og:url'/> <meta content='Debaters, Belajarlah Stoik Supaya Tidak Mempermalukan Diri Sendiri' property='og:title'/> <meta content='Kemampuan Debat Tidak Cukup, Mengendalikan Diri Lebih Penting' property='og:description'/> <meta content='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp2_nE8mh-yf_xHUDl_wFq9yDRSugtyzQZGD99xug_26Lh-9OXhssBzsoTZl46bV5_XArxUh00zayvkrJDZ-xYhOzD9pSXavOFHowMMB778OFmODALVIvQDF_js2BZBgcTdMmzjX25Lp9Jl0BCMKRkqiqZgQF22vvwShoiDhEeICS1Hy-IKIAzpRYO5UU/w1200-h630-p-k-no-nu/Yang%20Suka%20Debat%20di%20Publik%20Belajarlah%20pada%20Stoik.jpg' property='og:image'/> <!-- Title --> <title> Bukan makelar tapi Menjadi peranta untuk kebaikan bersama Debaters, Belajarlah Stoik Supaya Tidak Mempermalukan Diri Sendiri - Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera Debaters, Belajarlah Stoik Supaya Tidak Mempermalukan Diri Sendiri - Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera

Debaters, Belajarlah Stoik Supaya Tidak Mempermalukan Diri Sendiri

Debaters tidak cukup menikmati proses beragumen dan kemampuan membangun retorika di depan publik saja tapi pelajari prinsip Stoik supaya dalam proses debat tidak mempermalukan diri sendiri. Apalagi dalam debat politik.

Debaters atau pembantah yaitu orang yang suka berdebat di depan publik atau dapat juga disebut provokator jika tujuannya untuk memancing reaksi lawan debat dalam konteks tertentu saat ini sangat umum terjadi di berbagai media khususnya televisi. Hampir semua tv berita dengan berbagai genre memiliki tayangan yang menampilkan perdebatan dalam sebuah tema.

Masalahnya, yang ada di depan para ahli debat tersebut bukan hanya lawan bicara yang diajak debat, tapi di situ juga ada orang-orang yang menyaksikan acara debat tersebut, dan bahkan lebih dari itu, sorotan kamera yang menyiarkan ke seluruh dunia yang akan menayangkan gaya Anda berdebat. Dan bukan hanya itu, penilaian perdebatan Anda tersebut bisa disiarkan di kanal Youtube yang menjadi proses perdebatan itu sifatnya "langgeng" kapan saja orang ingin menyaksikan tinggal disaksikan di manapun, kapanpun.

Dalam beberapa tayangan tv beberapa kejadian debat sangat menggelikan, misalkan ada orang yang hingga menyiramkan teh yang tersaji di meja kepada lawan debatnya. Begitu juga kita tidak lupa ada seorang debaters yang hingga berdiri dan berusaha untuk menggunakan kekuatan fisik dengan tujuan akan memukul lawan. Kalau soal saling tunjuk, mata melotot, dan sikap tubuh yang menunjukkan ingin menyerang juga sering terjadi, tapi bisa dipastikan semua itu bisa dibilang kurang elok dipandang mata.

Debat sebenarnya mengajukan argumen dan membantah gagasan lawan bicara dengan kata-kata. Tapi jangan lupa di dalam debat juga terkadang lawan akan memancing reaksi musuh sehingga bisa saja pihak lain akan terpojok dan merasa kalah dalam adu gagasan tersebut. Dan dalam situasi seperti itu ketidakmampuan seseorang dalam posisi terpojok tersebut akan menggerakkan fisik untuk bertindak.

Apakah mereka orang-orang yang tidak berpendidikan? Tentu tidak! Mereka diundang menjadi narasumber karena dianggap mumpuni, menguasai sebuah persoalan sehingga mereka dihadirkan untuk mengadu gagasan antara yang setuju dan yang tidak setuju dengan sebuah persoalan yang muncul yang menjadi tema perdebatan. Tidak sedikit dari mereka yang berpendidikan bukan hanya level strata satu, tidak sedikit yang sudah mencapai strata tiga.

Apa Gunanya Stoik dalam Perdebatan?

Kalau begitu, apa gunanya belajar stoik bagi mereka yang punya keahlian dalam berdebat? Seperti disebutkan, ketika perdebatan terjadi, tentu tidak bisa dihindari dengan argumen yang sifatnya penyerangan dengan verbal. Dan tentu saja hal tersebut bisa saja menimbulkan amarah dan ketidaksukaan yang bila seorang debaters tidak bisa mengelola emosi, hal tersebut bisa menjadi persoalan sendiri. Penyerangan bisa saja diawali dengan penyerangan yang bersifat pribadi yang seharusnya hal ini harus dihindari, apalagi hingga penyerangan fisik. Akan sangat memalukan.

Ajaran Stoik yaitu filsafat yang lahir ribuan tahun yang lalu, namun sangat relevan dan hidup hingga kini untuk menolong siapapun untuk bersikap tenang dalam semua keadaan, termasuk ketika dalam masa-masa kritis. Prinsip-prinsip filsafat Stoik berhubungan dengan ketenangan diri bisa menjadi cara para debaters akan menghadapi semua serangan dengan sikap yang tepat sehingga tidak terpancing untuk bertindak di luar nalar. Beberapa prinsip tersebut adalah:
  • Dikotomi Kendali (Dichotomy of Control) – Stoikisme mengajarkan bahwa ada hal-hal yang dapat kita kendalikan (misalnya, cara kita berpikir dan merespons lawan debat) dan hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan (misalnya, pendapat orang lain, gagasan lawan). Dalam perdebatan, fokuslah pada pengendalian diri dan tidak bereaksi secara emosional terhadap provokasi yang disampaikan oleh lawan.
  • Ataraxia (Ketenangan Batin) – Tujuan seorang Stoik adalah menjaga ketenangan batin dan tidak membiarkan diri terombang-ambing oleh emosi negatif yang timbul, seperti kemarahan atau kebencian, bahkan ketika menghadapi lawan debat yang menyerang sekalipun. Berusaha untuk tenang.
  • Logos (Rasionalitas dan Kebijaksanaan) – Respon terbaik dalam sebuah perdebatan bukanlah serangan emosional, tetapi argumentasi rasional yang berlandaskan kebijaksanaan. Tidak berusaha membalas dengan agresi lawan debat, seorang Stoik akan tetap tenang dan mengajukan argumen berdasarkan fakta dan logika yang sudah dipersiapkan.
  • Amor Fati (Mencintai Takdir) – Dalam konteks debat, ini berarti menerima bahwa perbedaan pendapat adalah bagian alami dari kehidupan. Jangan sekali-kali memusuhi mereka yang berbeda pandangan dalam hal ini lawan debat. Seorang Stoik akan menerima kenyataan bahwa konflik dan perbedaan adalah hal yang wajar dan berusaha memahami sudut pandang lawan. 
  • Mengendalikan Ego – Banyak konflik dalam perdebatan terjadi karena dorongan ego untuk bisa memenangkan debat. Stoikisme mengajarkan bahwa kemenangan sejati bukanlah mengalahkan lawan, tetapi mempertahankan nilai-nilai kebajikan seperti kesabaran, keadilan, dan pengendalian diri.

Jadi, dalam perdebatan, apalagi perdebatan panas, seorang Stoik tidak akan terpancing untuk menyerang karena mereka menyadari bahwa kemarahan dan agresi hanya mempermalukan diri sendiri. Sebaliknya, mereka akan tetap berpegang pada prinsip kebijaksanaan dan ketenangan dalam menghadapi lawan debat.

Debaters, Belajarlah Stoik Supaya Tidak Mempermalukan Diri Sendiri Debaters, Belajarlah Stoik Supaya Tidak Mempermalukan Diri Sendiri Reviewed by Admin Brinovmarinav on 10.07 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.