Memiliki anggota keluarga yang mengidap skizoprenia terkadang menimbulkan rasa malu, apalagi dengan perilaku yang di luar kewajaran. Gangguan skizoprenia ada kalanya bertindak di luar perilaku wajar. Tapi ada bahaya bila rasa malu itu dihadapi dengan lantas menekan anggota keluarga yang mengidapnya, supaya bertindak normal.
Dalam kehidupan sehari-hari tindakan dan berpikir kita hampir sama bila tidak ada yang mengidap skizoprenia. Akan terasa aneh bila tiba-tiba ada orang yang berteriak tanpa alasan. Atau tiba-tiba tertawa tanpa sebab. Dan tersenyum sendiri yang tidak bisa dikontrol.
Sebagai anggota keluarga terkadang kita ingin situasi normal-normal saja dan tanpa keanehan. Jadi bila ada anggota keluarga yang justru melakukan di luar kewajaran itu muncul perasaan malu. Untuk menutup rasa malu, kita malah ingin menekan anggota keluarga yang berperilaku tidak normal tadi dengan berbagai cara. Membentaknya, mengingatkan secara keras, menghardiknya dan bahkan ditekan baik secara verbal, non verbal apalagi menggunakan fisik.
Bila gangguan skizoprenia sangat parah, memang sebaiknya tidak membawanya ke tempat-tempat yang membahayakan pihak lain. Tapi bagi yang masih bisa berinteraksi dengan orang lain hanya saja perilakunya aneh, maka sangat bahaya bila kita merasa malu yang berujung menekansi penderita supaya bersikap normal, hingga menambah terluka jiwanya.
Bagi pengidap skizophrenia tertentu yang merasa tertekan bila berada di keramaian sehingga ia berperilaku, gelisah, kebingungan, perasaan takut, selalu menunduk dan tidak berani mengangkat kepala. Maka ketika ia berada di meja hidangan makan bersama, maka akan kelihatan berbeda dengan yang lain. Maka kita sebagai anggota keluarga bisa saja ingin supaya dia berperilaku seperti yang lain, yang bercerita sambil terbahak-bahak, bergurau dengan renyahnya. Bila tidak dilakukan kita memaksanya baik dengan halus maupun dengan sindiran yang menghujam. Paksaan tersebut bisa saja datang sebagai akibat perasaan malu kenapa ia berbeda dengan yang lain, dengan orang yang normal tidak memiliki penyakit skizophrenia.
Makanya penulis benar-benar baru mengerti mengapa seorang teman memberi pesan dengan sungguh-sungguh supaya kita jangan pernah merasa malu bila ada anggota keluarga yang mengalami gangguan skizophrenia. Karena perasaan malu bisa mendatangkan pemaksaan kepada anggota keluarga yang mengidap penyakit tersebut. Tujuannya supaya dia bertindak normal seperti orang lain yang tidak mengalaminya.
Sementara tindakan kita yang melakukan pemaksaan supaya penderita skizophrenia bertindak normal orang yang tidak normal itu seperti memaksa orang yang berduka disuruh bahagia. Dan sebaliknya orang yang bahagia dipaksa untuk bersedih.
Ingatlah, pengidap skizophrenia itu sebenarnya ingin berperilaku normal seperti orang lain. Dia punya kemauan untuk tidak bersikap aneh seperti kawan-kawannya, seperti orang lain. Tapi, dia bukan tidak mau, tapi karena dirinya tidak mampu. Mereka sebenarnya berjuang untuk menjadi orang normal, tapi jiwanya, pikirannya membawanya hingga ia menyerah.
Makanya merasa malu terhadap anggota keluarga kita yang tidak normal bisa menambah penderitaan mereka yang mengalami skizophrenia. Cara yang justru dilakukan adalah bagaimana kita bisa menjadi penolong, penghibur dan caregiver yang baik dengan yang mengalami ketidaknormalan jiwa tersebut. Mencoba untuk terus mengerti dia bukan kita ingin dimengerti olehnya.
Dibawa ke dokter jiwa secara teratur dengan membantunya untuk terus mengkonsumsi obat yang direkomendasikan dokter sesuai dengan resep yang diberikan. Tetaplah berpikir positif walaupun ia berperilaku negatif. Karena bukan maunya dia untuk berperilaku seperti itu, tapi karena dia tidak mampu mengontrol dirinya.
Jangan Malu Bila Ada Keluarga Mengidap Skizophrenia
Reviewed by Hati Kita
on
21.25
Rating:
Tidak ada komentar: