Bagi yang lahir sebelum tahun 2000an tentu tidak asing lagi dengan alat audio yang sangat popular saat itu keluaran Sony dengan produk Walkman. Produk-produk serupa akhirnya bermunculan seperti AIWA dan semacamnya di mana kegunaannya khusus untuk mendengarkan musik yang ketika itu masih menggunakan pita kaset.
Leh, kok bisa? Bukankah ponsel-ponsel terbaru saat ini sudah bisa memenuhi segala macam aktifitas kita saat ini? Dari bekerja, mengetik, mendengarkan musik, menonton video, berkirim gambar dan sederetan keinginan bisa terpenuhi dalam sebuah genggaman ponsel.
Apalagi saat ini kecepatannya dari segi dalemannya, ram dan kapasitasnya sudah tidak perlu diraggukan lagi kalau berbicara mengenai kapasitas. Secara khusus kalau hanya ingin mendengarkan musik ponsel-ponsel bagus sudah menyediakan segala macam alatnya. Lalu mengapa masih muncul dan bertahan bahkan mengalami perkembangan yang sanga signifikan alat-alat pemutar audio seperti walkman dan semacamnya itu? Apanya yang kurang?
Untuk diketahui saja bahwa harga walkman dan DAP tadi bahkan harganya selangit melebihi harga ponsel 2-3 jutaan. Memangnya DAP itu masih punya pasar tersendiri sehingga alat-alat tersebut terus diproduksi?
Silahkan membuka toko-toko online semacam Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Shopee dan mengetik di kotak pencarian tulisan DAP atau walkman, maka akan muncul alat-alat DAP tersebut dengan harga beragam dari 300 ribuan sampai puluhan juta. Merknyapun beragam. Dari merk-merk terkenal seperti Sony, Pioneer dan sederetan merk-merk ternama sampai merk-merk dengan dibandrol harga murah juga ada. Kegunaannya untuk apa? Untuk mendengarkan audio. Hem.
Redaksi sendiri sebenarnya memiliki beberapa DAP dan memang tidak semua orang tertarik untuk memilikinya, karena dianggap smartphone sudah cukup. Tapi juga tidak bisa disangkal bahwa mereka pemburu DAP atau walkman itu juga menikmat audio musik khususnya berburu alat-alat pendukungnya dengan rela mengeluarkan uang puluhan juta.
Seorang pecinta musik dan penyuka alat DAP ini memang menyampaikan analoginya begini. Kita ini kalau soal kesediaan jam sebagai sebuah informasi mengenai waktu, coba kita lihat satu per satu. Di rumah kita menempel jam dinding, dan bahkan jam kuno yang bisa berdentang. Lalu, apakah itu cukup? Tidak, di smartphone kita juga kita tidak menghapus aplikasi jam yang menunjukkan waktu.
Tapi juga kita malah tertarik untuk membeli jam tangan yang gunanya hanya untuk melihat perkembangan waktu. Di tempat tidur terkadang kita juga menyediakan jam duduk. Begitulah kira-kira analoginya.
Memang ada yang mengatakan itu hanya strategi atau teknik marketing di mana sebuah alat dipasarkan dan banyak orang menyambutnya. Tapi kalau merunut dari awal, kita berpikir walkman akan lenyap dengan keberadaan ponsel pintar sekarang.
Tapi ternyata malah kebalikan. Alat-alat ini yaitu DAP dan smarthphone berjalan beriringan untuk menggapai pasar mereka. Tapi sebenarnya tidak sesederhana itu, karena di dalamnya banyak tujuan ketika seseorang membeli DAP walaupun kita sudah punya smartphone. Termasuk bagi mereka yang masuk katagori audiophile, yaitu mereka yang mencintai suara dengan kualitas tinggi.
BACA JUGA
Tidak ada komentar: