Percaya atau tidak kalau judul di atas diinspirasi oleh komentar seorang pembeli yang begitu penasaran terhadap barangnya yang dipesan di sebuah toko online di Indonesia. Tapi komentar tersebut bernada negatif karena dia merasa kecewa terhadap dua hal dengan pengalaman belanja online orang tersebut. Pertama, kecewa dengan penjual, karena dianggap lelet dalam merespon transaksi yang dilakukan. Kedua kecewa dengan Jasa Pengiriman yang menambah jengkelnya orang tersebut karena menambah lebih lama tibanya barang yang dipesan itu.
Ibaratnya, kalau seseorang sedang jatuh cinta, maka yang ada adalah keinginan untuk segera bertemu dengan sang pujaan hatinya. Semua peristiwa akan dihitungnya. Dari hari, jam dan bahkan bayangan akan pujaan hatinya itu juga menjadi pertimbangan untuk tidak dilewatkan. Mungkin ini bombastis. Tapi ini nyata di mana orang yang berbelanja dan menentukan barang yang dipesannya itu bukannya tanpa perasaan suka terhadap barang tersebut. Justru karena dia suka dari pandangan pertamanya kemudian ditelitinya itulah yang akhirnya dia memutuskan untuk menyukainya.
Sekarang ketika barang pujaan hatinya itu sudah diputuskan untuk segera dimilikinya, maka dia akhirnya melakukan transaksi dengan harapan, barang itu segera ada di tangannya. Dia akan segera menghitung harinya. Kalau dia melakukan transaksi hari Senin, maka dihitunglah berapa lama barang itu akan sampai ke tangannya. Dia melakukan perhitungan melalui pengalaman sebelumnya. kalau dari Jakarta ke kotanya biasanya dua hari, maka itulah yag akan menjadi patokannya. Begitupun ketika tiba hari H yang biasanya paket akan tiba, tapi ternyata oleh penjual belum diproses, maka mulailah ia merasa dongkol dengan penjual.
Ingat biasanya pembeli berharap, dengan hitungan bim salabim, aba kadabra, barang langsug dibungkus, dan hari itu juga dikirim. Makanya, banyak orang yang akan memuji penjual yang sangat responsif dalam menangani pembeli. Pujiannya itu setinggi langit. Sebaliknya, pembeli akan merasa terganggu bila penjual lelet dalam menangani barang yang akan dikirim. Memang, sisi buruknya, terkadang pembeli tidak mau tahu berbagai halangan dan rintangan yang dialami oleh penjual. Yang saya tahu, saya ingin membeli, dan langsung dikirim.
Jangan Sampai Pembeli Memberi Tanda
Kalau pembeli yang ibaratnya seperti orang yang sedang jatuh cinta itu merasa terganggu dengan perasaannya untuk segera memegang dan menikmati barang yang sudah lama diidam-idamkan itu, entah itu karena penjual yang kurang rensposif, atau jasa pengiriman yang ngadat, maka beberapa hal ini bisa saja terjadi.
- Aku akan menandai toko pelapak ini. Aku tidak akan kembali membeli barang-barangnya lagi apapun alasannya.
- Kalau bertemu dengan orang lain, aku akan bercerita pengalaman saya yang tidak mengenakkan, dan memberitahu jangan membeli di toko ini. Apalagi toko fisiknya juga jelas ini akan berdampak buruk.
- Aku akan memberikan respon dan komentar negatif mengenai toko pelapak ini berdasarkan pengalaman yang tidak mengenakkan yaitu menghalangi perasaan saya yang sedang jatuh cinta.
- Bila ditambah dengan jasa pengirimannya juga menambah runyam, yah akan diseret-seret ketidakpuasan
- Celakanya, kalau sudah gelap mata, bisa saja toko onlinenya menjadi catatan untuk tidak dikunjungi lagi.
Belanja Online itu Kayak Orang Jatuh Cinta
Reviewed by Hati Kita
on
16.26
Rating:
Tidak ada komentar: