Seperti dalam pengakuannya kepsek menyatakan bahwa kejadian tersebut baru diketahui setelah adanya laporan dari orang tua korban ke pihak kepolisian. kronologi kejadian di mana korban yang akan melaksanakan salat Dzuhur sehabis mengikuti ujian sekolah tiba-tiba ada temannya yang menutupi wajah korban menggunakan sajadah. Diduga setelah itu korban mendapat perlakuan kekerasan dan meringis kesakitan di bagian perut. Sayang setelah tiba di rumah dan oleh orang tuanya dibawa ke rumah sakit, namun akhirnya korban tidak tertolong dan meninggal dunia.
Entah sampai kapan perundungan di dunia pendidikan ini akan berakhir? Kapan dunia pendidikan yang seharusnya membentuk anak didik perprilaku baik bisa menghasilkan anak-anak yang bukan hanya cerdas secara pikir tapi juga cerdas secara emosi. Karena faktanya perundungan bukan berita baru terjadi. Kejadian serupa tampaknya selalu berulang dan selalu muncul.
Celakanya seperti biasa, setiap kejadian perundungan yang terkuak, langsung dengan sigap ditangani dengan cepat. Tapi walau demikian selalu saja kejadian yang sama muncul di tempat lain.
Awal 2020 lalu di Purwokerto juga perundungan menimpa seorang remaja berusia 16 tahun berinisial CA. Celakanya CA adalah siswa berkebutuhan khusus yang selalu dipalak dimintai uang. CA yang menjadi korban mendapat perlakukan kekerasan dari beberapa siswa.
Saat itu perundungan di Jawa Tengah beberapa mendapat perhatian dari Gubernur Ganjar Pranowo yang turun tangan karena peristiwa sebelumnya masuk di wilayahnya yaitu Jawa Tengah.
Pertanyaannya, sampai kapan perundungan ini akan berakhir? Ataukah ini hanya ibaratnya seperti gunung es yang semuanya tidak tahu karena itu hanya di permukaan, tapi mungkin ada kasus-kasus yang tidak sempat terekspos. Dan seperti biasa ketika muncul semuanya terperanjat. Tapi, tahukah Anda bahwa kekagetan itu hanyalah kekagetan yang terulang.
Kekagetan itu seringkali hanya sebuah keterperanjatan sesaat, karena hanya sampai dalam taraf emosi. Dan namanya emosi, seringkali sifatnya sementara, dan ketika peristiwa lainnya muncul dan menutupi emosi yang lama, maka kitapun melupakannya. Jadi, kalau polanya seperti ini, maka kita menjadi bangsa yang sering dipermainkan oleh emosi.
Jikalau hanya sebatas emosi, dan penanganannya sifatnya emosi, maka penanganan itu tidak akan tuntas. Besok atau lusa bila terjadi lagi peristiwa yang sama, kitapun terangkat emosi kita dan menutupi emosi yang sudah berlalu. Penanganan terhadap perundungan cenderunng dilakukan setelah terjadi. Kalau demikian kapankah perundungan ditangani sebelum perundungan itu sendiri akan berlangsung?
Pencegahan lebih baik dari pada terlambat. Mencegah terjadinya perundungan akan menghentikan jatuhnya banyak korban bully. Apakah artikel ini akan memberi solusi? Tidak, artikel ini hanya mengingatkan kepada yang berwenang dalam hal ini dunia pendidikan, dunia yang mengedepankan daya pikir, mengedepankan logika dan hal yang masuk akal, wilayah di mana menjadi sumber ilmu mestinya lebih lihai, lebih menguasai, lebih pintar dalam menangani perundungan ini sebelum perundungan itu muncul. Atau duani pendidikan kita hanya mengandalkan target, membentuk anak-anak pintar, anak-anak cerdas?
Baca Juga: Membully Sama dengan Merusak Masa Depan Korbannya?
Baca Juga: Membully Sama dengan Merusak Masa Depan Korbannya?
Kapan Perundungan di Dunia Pendidikan Ditangani Sebelum Kejadian?
Reviewed by Hati Kita
on
08.34
Rating:
Tidak ada komentar: