Saya ingin membuka pengalaman ketika istri saya minta diantar untuk membeli sebuah sepatu. Sekali lagi ketika itu belum marak dengan belanja online seperti sekarang. Jadi ketika sampai ke sebuah toko sepatu, saya menunggu istri begitu lamanya mencoba sepatu-sepatu yang menjadi incarannya. Awalnya keliling dari rak ke rak sepatu wanita dan dengan sabarnya istri saya mencoba. Di toko tersebut menurut saya sekitar setengah jam. Karena merasa tidak ada yang cocok akhirnya berpindah ke toko sepatu lain yang tidak jauh dari toko pertama.
Di toko kedua ini sebenarnya lebih luas areanya yang tentu saja lebih banyak pilihannya. Pikir saya, ok, mungkin di toko kedua ini istriku bisa mendapatkan sepatu ideal menurutnya. Setelah melakukan ritual yaitu mencoba dari satu sepatu ke sepatu lainnya sampai puas, ternyata dia mengatakan, tidak ada yang pas. Sebenarnya tadi istri saya bilang bahwa ada sebuah sepatu yang sangat bagus, harganya pas, dan sangat menarik. Tapi tidak ada ukuran yang cukup untuk kaki istri saya. Akhirnya toko kedua ditinggalkan, dan berburu mencari toko sepatu lainnya dengan harapan, di perburuan yang baru banyak pilihan yang bisa menentukan sepatu incarannya.
Setelah berkeliling mencari toko sepatu lainnya, akhirnya sampailah di sebuah toko yang juga menyediakan banyak pilihan sepatu wanita. Kembali lagi dengan sabarnya istri saya mencoba dari satu sepatu ke sepatu lainnya, sementara kesabaran saya diuji. Di toko ketiga ini juga membutuhkan waktu yang bukan pendek menurut ukuran saya. Berhasilkah? Rupanya nihil dan tentu saja hanya menghasilkan keletihan hanya mencari sebuah sepatu. Dan toko ketiga inipun mengalami nasib yang sama dengan toko-toko sebelumnya yaitu ditinggalkan begitu saja.
Kalau istri saya begitu sabarnya dalam berburu sepatu, kesabaran saya semakin habis dibuatnya. Kesabaran istri saya dalam mencari sepatu dilanjutkan ke sebuah toko sepatu lainnya dengan hasil yang juga nihil. Lalu, apa komentar terakhir istri saya itu? "Kayaknya di toko pertama deh, yang cocok, walau belum terlalu ideal.
Itu hanya urusan sepatu, belum lagi kalau berbelanja barang-barang lainnya. Kalau saya bilang bahwa kesabaran saya diuji, sebenarnya muka saya yang menunjukkan ketidaksabaran. Nah, pengalaman-pengalaman ketidaksabaran saya mengantar istri shopping itu bukannya tidak dirasakan oleh istri. Makanya, ada cara yang sangat brilian dari istri saya menghadapi ketidaksabaran saya sebagai laki-laki ketika belanja. Yaitu, dia menyuruh saya meinggalkan dia belanja sendirian dan saya diminta untuk menunggu di toko buku kesukaan saya. Intinya adalah kalau Anda sebagai istri senang berbelanja dengan minta diantar suami maka carilah apa kesenangan suami. Biarkan suamimu meikmati kesukaannya, dan silahkan berbelanja dengan sesuak hatinya. Hanya jangan lupa, atur keuangan dengan baik.
Bagaimana Perasaanmu Ketika Mengantar Istri Shopping?
Reviewed by Hati Kita
on
20.40
Rating:
Tidak ada komentar: